Monday, September 25, 2006

Jawa Pos : Belajar Prinsip Monyet

Ketika Lima Cewek "Menengok" Kamar Cewek
Broken heart jelas sakit, namanya aja "broken." Tapi, dari membaca Kamar cewek, bookaholic Deteksi jadi belajar, gimana caranya nggak sakit hati waktu putus sama cowok. Mereka pakai prinsip monyet! Kayak apa sih prinsip monyet itu?

Sesuai judul buku bahasan Book Club kali ini, Kamar Cewek, meja diskusi diisi sama para cewek. Mirza, Ita, Karina, Ica, dan Berlian adalah lima orang yang bakal menengok isinya. Karena ada empat tokoh utama, obrolan diawali sama tokoh favorit mereka.

"Aku sih, paling suka sama Ratu," kata Ica. "Meski tomboy dan punya masalah sama camernya, dia bisa santai, menikmati hidup," jelasnya.

Merasa tokoh favoritnya disebut, Ita yang lagi asyik menyantap ice cream vanilla ikutan komentar. "Ratu tuh representasi cewek sekarang banget! Smart, agak liar, gaul, mandiri, dan cuek abis. Yang bikin dia tambah keren, dia juga penulis di majalah buat perempuan metropolitan. Duh, jadi iri deh!" ucap pelajar Unair yang bercita-cita jadi penulis ini.

"Iya. Nggak kayak Safina! Ih, males deh punya temen kayak sia. Nggak punya pacar aja bingung. Bikin bosen aja ngedengerin dia ngeluh soal cowok," cela Ica antusias, membuat teman-temannya tertawa.

Beda dengan Ica dan Ita, Karina lebih suka sama karakter Lona. "Selain cantik dan seksi, Lona nggak pernah tunduk sama makhluk yang namanya cowok. Cocok banget sama prinsipku gitu lho! Jangan sampai bersedih hanya gara-gara cowok," papar gadis yang melumat habis Kamar Cewek suma dalam semalam ini.

Lalu, Karina bercerita, buat menghindari sakit hati, dia punya prinsip monyet waktu berpacaran. "Sebelum melepas dahan yang satu, monyet kan selalu udah punya pegangan dahan yang lain," katanya. "Hubungannya sama pacaran apa?" tanya Berlian.

"Nah, kalau pacaran, jangan pernah melepas satu cowok sebelum dapat cowok lain. Jadi, nggak bakalan sakit hati," beber Karina yang disambut tawa teman-temannya. "Itu tih, yang namanya girl’s rule ala Lona!" sambungnya.

"Setuju. Cowok memang bukan satu-satunya jalan buat bahagia. Mending kan sama sahabat, lebih abadi," dukung si Mirza.

Kehadiran Chicken steak, salad, dan sup kentang pesanan di atas meja, menggugah selera cewek-cewek penggila buku ini. Obrolan renyah khas cewek ini pun berhenti sementara waktu.

Lalu…"Eh, masih ingat nggak pas Tiara ketemu Isabel, cewek paling cantik di kampusnya dulu. Itu tuh, waktu ganti baju di dalam toilet. Ternyata, bra yang dipake Isabel jelek, bolong, dan disambung pake peniti. Hiyy… kebayang nggak sih jijiknya!" tutur Ita.

"Huahaha… Iya jijik banget! Padahal, daleman itu penting banget lho! Tampil cantik kan harus dimulai dari dalam juga. Aduh, jadi pengin belanja daleman nih!" kata Mirza malu-malu.

Mendengar kata belanja, Karina yang demen shopping langsung pasang wajah sumringah. "Yuk, yuk, belanja yuk! Kebetulan aku juga mau beli sepatu baru nih!" katanya riang. Tiga bookaholic lain pun langsung buka mulut bersamaan. "Kita juga ikutan dong!" kata mereka, seolah tak ingin ketinggalan merasakan indahnya punya sahabat baru. (oxy)

dari : Jawa Pos

Saturday, September 09, 2006

Reviewnya Ferina : [Book Review] : Kamar Cewek

Kamar Cewek
Ninit Yunita & Okke ‘Sepatu Merah’
Gagas Media, 2006
238 Hal.

Kamar Cewek merupakan novel kolaborasi jarak jauh antara Ninit Yunita (‘Mendadak Dangdut’, ‘Heart’, ‘Test Pack’ & ‘Koq Putusin Gue?’) dan Okke, pemilik blog www.sepatumerah.net. Kamar Cewek sendiri mempunyai blog dengan nama yang sama: www.kamarcewek.com.

Di Kamar Cewek ini, kita akan membaca keluh kesah empat sahabat. Safina, Ratu, Lona dan Tiara. Empat sahabat ini sama-sama kuliah di fakultas hukum di salah satu universitas di Bandung. Tapi, ketika bekerja, tak satu pun yang bersentuhan dengan dunia hukum.

Sebagian besar (atau bahkan hampir semua) topik dalam buku ini, gak jauh-jauh, berkisar pada masalah cowok. Safina, yang sudah 28 tahun, tapi belum sekali pun pacaran. Ratu, yang tomboy, satu-satunya di antara mereka berempat yang mempunyai hubungan serius tapi tidak disukai sang ibu calon mertua. Lona, si seksi yang senang gonta-ganti cowok. Dan Tiara, cewek yang paling ‘bolot’ yang masih cinta mati sama mantan pacarnya.

Meskipun judulnya ‘Kamar Cewek’, kebanyakan setting cerita malah mengambil tempat di café dan mal-mal di Jakarta. Khas cewek-cewek yang gak mau ketinggalan setiap ada Big Sale, nongkrong di café sambil ketawa-ketiwi ngelirik cowok-cowok cakep. Semua disajikan dengan ringan banget. Mereka gak hanya becanda, tertawa, tapi juga nangis, marah, musuhan bahkan curiga.

Ide cerita memang bukan hal yang baru. Mungkin Kamar Cewek akan dibuat sekuel-nya? Tentang masalah di tempat kerja masing-masing mungkin? Tapi, yang pasti, buku ini boleh juga untuk teman weekend.

Jangan takut, cowok juga boleh ‘ngintip’ koq. Biar tahu ‘jeritan’ hati para cewek-cewek.

dari : Ferina

Friday, September 01, 2006

Review dari Bukune.com

Penulis: Ninit Yunita & Okke “Sepatumerah”
Jumlah halaman: vi + 238 hlm
Penerbit: GagasMedia
Tahun terbit: 2006
ISBN: 979-780-044-x
Rp xx.000,-

Diamonds are girl’s second best friend now!

Ini cerita tentang empat perempuan metropolitan. Yang satu memiliki sedang yang lain mendambakan: Ratu; memiliki Lang, tapi nggak sreg dengan calon ipar dan mertua. Safina; on deadline untuk menikah, tapi nggak punya pacar. Tiara; nggak biasa berpindah ke lain hati, padahal mantannya sedang bersiap untuk menikahi gadis idamannya. Sedangkan Lona, justru dengan mudah bergonta-ganti pacar. Bersama-sama mereka berjuang melewati masa lajang.

Women and The City
Jamannya cewek-cewek pengen jadi Audrey Hepburn, dengan wajah lugu menatap berlian di depan toko berlian Tiffany sudah berlalu. Tapi, feminisme belum berakhir. Sejalan dengan waktu, cewek berevolusi, dan dimulailah era post feminism. Puncaknya, ketika New York Times memuat rubrik tentang kehidupan seks para lajang di Manhattan, yang kemudian sukses ketika dibukuan. Dan diadaptasikan ke dalam sebuah serial oleh HBO.

Yap, Sex and the City rule these days’ women. Sekarang, jamannya Carrie Bradshaw ngobrol sama tiga sahabatnya, sambil ketawa ngiki-ngiki, ngomongin cowok dan seks. Nggak ada lagi saru-saruan soal yang terakhir ini. Dan, gara-gara Candace Bushnell, café pun berubah fungsi layaknya sebuah kamar: sebagai tempat curhat.

Tempat Ngumpul
Ini bukan Sex and the City. Bukan pula bercerita tentang Manhattan. Yet Jakarta is a jungle to be conquered. Oleh karena itu, Ninit Yunita dan Okke “Sepatumerah” sengaja mengumpulkan not so desperate four single women in the metropolitan jungle di Kamar Cewek supaya cewek-cewek di luar sana tahu mereka nggak sendirian.

Gals are girl’s best friend now!

oleh : Lisa Kunto untuk Majalah Bukune.